Selasa, 12 Maret 2013

My First English

Kalau aku lihat acara ini di TV, jadi inget masa-masa kecilku. Saat masih duduk di Sekolah Dasar, tinggal di pedalaman hutan di Kalimantan Timur. Walaupun tinggal di dalam hutan, rumah terbuat dari papan, tapi tempat tinggalku cukup modern dan tertata rapih karena kami tinggal di komplek sebuah perusahaan tempat bapakku bekerja. Semua fasilitas tersedia, mulai dari pasar, mini market, pusat jajanan, tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, sarana olahraga juga transportasi semua di tanggung oleh pihak perusahaan. Seperti anak-anak kecil pada umumnya, aku juga teman-teman suka main di lapangan dan sesekali kami suka masuk ke dalam hutan. Sedikit berpetualang seperti si Bolang, mencari buah atau bunga di hutan yg bisa kita cicipi. Kalau ingat saat itu, sekarang baru kepikiran kenapa dulu nggak takut kalau buah atau bunga yang kita cicipi itu beracun. Serem juga ngebayanginnya, untung aku juga teman-teman nggak sampai makan buah atau bunga yang beracun itu. Tapi, walaupun kami tinggal di hutan. Sebagian besar penduduknya pakai parabola untuk saluran televisinya. Satu parabola di pakai untuk beberapa rumah, jadi walaupun tinggal di hutan pun aku masih bisa lihat siaran televisi dari negeri tetangga seperti Malaysia, Singapore juga Thailand. So, pada intinya kita gak primitif-primitif banget lah walaupun tinggal di dalam hutan. Acara televisi favoritku dulu macgyver, kartun minggu, dan salah satunya acara Sesame Street yang ditayangkan setiap hari rabu jam setengah satu sore. Dari acara itu aku belajar banyak sekali kosa kata dalam bahasa Inggris. Selain acaranya yang seru, Sesame Street betul-betul mengedukasi. Sambil tengkurap di depan televisi, dengan buku dan pensil untuk menulis semua kosa kata baru setiap minggunya. I learn how to reading, spelling and listening every vocabulary in each episode. Aku belajar berhitung dari Count Draculla, belajar kosa kata dari Ernie, Bert, Cookie Monster, Big Bird, Elmo, Grover, Oscar, Telly monster, juga teman-teman Saseme Street yang lainnya. Dari situ, aku mulai belajar banyak dari film-film barat lainnya. Sambil mendengarkan apa yang mereka katakan, sambil membaca text yang muncul di layar. Alhasil karena ketertarikanku akan bahasa Inggris, pada saat masuk Sekolah Menengah Pertama. Aku sudah punya banyak sekali vocabulary di bandingkan teman-teman lain yang pada saat itu baru saja mengenal angka dan huruf dengan bahasa Inggris. Selain bekal yang sudah aku punya dan dari tempat kursus, aku dapat nilai 9 di rapor. Dengan nilai yang aku dapat selama 3 tahun itu, lumayan membuat orang tua juga almarhum guru les bahasa Inggrisku bangga padaku. Tapi, setelah beberapa waktu lalu. Saat aku melihat acara Sesame Street, benar-benar berbeda. Acara yang sudah di sulih suara kedalam bahasa Indonesia,acanya masih tetap menghibur dan hanya sekedar menghibur. Nilai edukasinya jadi berkurang. Begitu juga dengan film-film barat lainya. aku lebih memilih menonton film dengan membaca text, karena menurut ku Let it English still be English. Kebanyakan film yang di sulih suara, artinya kurang sesuai dengan apa yang ada di film. Entah penterjemahnya yang salah, atau memang karena alasan editing. However, I would like to thank you to all my friends who accompanying me to learning English. Although my English not as well as the other, but I can understand what the foreign people said. Love you all