Selasa, 09 November 2010

BERSAMA ALAM KAMI BERHIMPUN



Buku ini merupakan sebuah Journal Perjalanan dari salah satu klub pecinta alam "YEPE", begitu banyak yang mereka ceritakan mulai dari awal pendirian YEPE, visi juga misi dan semua expedisi yang pernah mereka lakukan sampai dengan saat ini (41th sudah mereka ada).
Begitu banyak hal yang bisa kita ambil dan kita terapkan dari semua cerita yang tertulis disini, bagi para pecinta alam bersiap-siaplah untuk ber-adventure saat membaca buku ini dan bagi kalian yang kurang suka berkgiatan di alam, maka kalian akan tahu betapa serunya ber-adventure dan begitu banyak hal yang bisa kita dapat. Tidak hanya melulu tentang naik gunung, camping atau masuk hutan, tapi disini kita juga bisa melihat bahwa YEPE juga mengajarkan tentang Kepemimpinan, reporting, palnning juga yang lainnya.
Pada intinya, kalian semua pasti suka saat membaca buku ini, betul-betul membuat kita merasa apa yang mereka rasakan “BERSAMA ALAM KAMI BERHIMPUN”
Selamat membaca dan saluut untuk Pendiri YEPE dan para aktivisnya^^

Minggu, 24 Oktober 2010

MERAIHMU


Lima tahun sudah ku mengenalnya sebagai seorang sahabat yang selalu mendengar keluh kesahnya akan semua masalah yang sering ia hadapi mulai dari masalah keseharian, pekerjaan sampai percintaan. Sahabat yang selalu keluar juga beraktivitas bersama, karena kebetulan kita berdua punya hobby yang sama. Aku suka bersahabat dengannya karena ia humoris, aktif, talkative, tomboy, jahil dan yang pasti nggak pernah neko-neko. Sering aku dibuatnya tertawa terpingkal-pingkal karena candanya, tingkah lakunya yang terkadang konyol, ucapan-ucapannya yang sesekali polos. Sering juga aku dibuatnya berpikir sangat serius karena harus menemukan solusi untuk beberapa permasalahan yang sering dihadapinya. Selama lima tahun aku bersahabat dengannya, aku cukup mengenalnya sampai-sampai teman-teman, keluarga juga pacarnya juga cukup dekat denganku, bahkan pacar barunya ini sering bertanya padaku apa yang harus dia lakukan tiap kali pacarnya yang badung itu marah padanya. Sebetulnya usia kita berdua berbeda, aku 3th lebih tua darinya, tapi perbedaan usia kita nggak sedikitpun menghalangi hubungan persahabatan kita. Aku suka setiap kali mendengar kata-kata Mas saat ia memanggilku, dan ia juga minta padaku supaya memanggilnya “Dik”, bukan namanya saat berbicara dengannya “Supaya lebih akrab” katanya. Dia juga pernah berucap kalau dia sudah menganggapku nggak cuma sebagai sahabat, tapi juga sudah seperti kakaknya sendiri dan itu yang membuatnya nggak pernah canggung untuk bermanja-manja padaku.

Pernah suatu hari dia cerita padaku kalau dia merasa lelah karena di usianya yang sudah menjelang 30th masih juga belum menemukan calon pendamping hidup yang tepat seperti yang ia harapkan. Setiap kali berhubungan, selalu ada aja kekurangan dari pacarnya. Sampai pernah kubilang padanya “Dik, jadi orang jangan terlalu memilih, nggak semua orang sempurna, nggak ada orang yang punya semua kriteria seperti yang kau mau”, tapi dia cuma tertawa menanggapi komentarku sambil melirik ke arahku dan bergumam “Yaaa aku kan pengen hidup nyaman mas, siapa sih yang mau hidup susah?” yang ia pikir aku takkan mendengar apa yang ia katakan. Aku sayang padanya seperti aku menyayangi adikku sendiri, sampai-sampai aku selalu siaga kapanpun ia butuhkan, aku akan ada disisinya untuk mendengarkan juga membantunya menyelesaikan masalahnya. Tapi beberapa bulan ini aku merasa ada perasaan yang lain ketika berdekatan dengannya, apa mungkin aku mulai suka dengannya? Ah….. jangan sampai, aku nggak mau ngerusak hubungan persahabatan ini, apalagi dia sudah punya pacar. Tapi….. semakin aku menyangkal perasaan ini, semakin kuat rasa ini menyelimuti hatiku. Aku mulai cemburu tiap kali melihatnya pergi dengan pacarnya. Aaaaargh…. Ada apa denganku? Aku nggak mau melukainya karena perasaan ini. Apalagi aku dulu pernah berjanji padanya kalau aku takkan pernah mencintainya sebagai pacar.

Aku mulai galau, tanpa sepengetahuannya aku mulai menghubungi semua mantan pacarnya untuk menanyakan beberapa hal tentangnya yang tak kuketahui. Kutemui pacar pertamanya, 2th dulu ia berhubungan dengannya. Setelah memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatanganku, akupun mulai bertanya padanya “Mas… kalau saya boleh tau, apa permasalahan yang dulu menyebabkan hubungan kalian putus? Dan kalau saya boleh tau, apa kelebihan dan kekurangan Sari dimata mas?”, Mas Nunk tersenyum dan menjawab “Dulu saya pernah berbuat salah padanya, saya pernah menduakan dia. Saya terlalu posesif, padahal saya tau dari semua kegiatan disekolah dia tipe anak yang mandiri bebas nggak suka terlalu dikekang. Yang saya suka darinya, dia mandiri dan nggak pernah nuntut minta diantar atau dijemput kemanapun ia pergi. Dan yang nggak saya suka darinya cuma cara bergaulnya, sebetulnya nggak salah kalau dia punya banyak teman laki-laki, tapi dia nggak pernah menghiraukan saya kalau saat bersamanya tiba-tiba ada teman-temannya itu datang.”, Aku mengangguk-angguk mendengarkan penjelasannya, dan aku juga mencatat semua perkataannya dalam otakku.

Hari berikutnya aku mendatangi pacar keduanya dan memulai percakapan seperti apa yang sudah kulakukan pada pacar pertamanya. Mas Arto yang sempat menjalin hubungan dengannya selama hampir 2th pun mulai bercerita padaku “Entah ya mas, apa yang salah dalam hubungan kita dulu. Masalah kita waktu itu cuma jarak aja, saya kerja di luar kota sementara dia masih kuliah di Malang. Cuma itu aja kok, kalau soal kelebihannya yang saya suka adalah sifat humoris dan jahilnya. Dulu saya pernah dijahili sampai saya teriak dan hampir copot jantung saya karena ulahnya, jadi ceritanya dulu dia pernah kasih saya amplop yang katanya obat stress tapi begitu saya buka ternyata amplop itu bergetar dan mengeluarkan bunyi aneh, dan itu yang membuat saya berteriak sambil melemparkan amplop itu. Saat itu saya lihat Sari tertawa terpingkal-pingkal karena puas sudah bisa menjahili saya, saya nggak akan pernah melupakan kejadian itu sampai kapanpun”. Mendengar ceritanya aku ikut tertawa, ternyata sudah banyak korban kejahilannya.

Beberapa hari berikutnya aku menghubungi pacar ketiganya yang katanya hubungan mereka hampir 3th, dan ini hubungan terlama dalam sejarah percintaannya. Karena mas Putra tinggal diluar pulau, jadi aku cuma bisa menghubunginya via telepon. Sedikit canggung aku mulai bertanya padanya, karena sepengetahuanku Sari tak pernah memberi nilai buruk setiap kali ia menceritakan kisah cintanya dengan mas Putra, itu berarti besar kemungkinan kalau mas Putra ini tipe ideal yang dia cari. Dengan nada bicara yang dewasa mas Putra menjawab pertanyaanku “Masalah dalam hubungan kita cuma di perbedaan keyakinan, saya dan Sari tidak bisa menemukan titik temu juga jalan keluar dari permasalahan ini. Keluarga kita berdua jelas-jelas menolak hubungan kita, sampai akhirnya kita memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kita. Karena saya takut ia tidak bisa melupakan saya, akhirnya saya menghindarinya dan menghilang dari kehidupannya. Hal yang paling saya suka darinya, dia mandiri, tegas setiap mengambil keputusan dan nggak seperti perempuan-perempuan lain ia jarang sekali ngambek. Kalau hal yang paling nggak saya suka ya cara ia bergaul dengan teman-teman cowoknya, Sari nggak pernah menganggap dirinya perempuan tiap kali ada diantara mereka. Kalau dia bersikap seperti itu cuma sama saya sih nggak apa-apa ya mas, tapi saya nggak rela kalau Sari diperlakukan seperti itu sama cowok-cowok lain.”.

Selesai urusanku dengan mas Putra, kini aku melanjutkan menghubungi mas Bowo. Dulu ia pernah cerita padaku awal perkenalannya dengan mas Bowo karena dikenalkan sama keluarganya, dan hubungan mereka hanya sebatas lewat telepon karena mas Bowo kerja diluar pulau dan setahu aku, mereka berdua dari memulai hubungan sampai mengakhiri hubungan nggak pernah sekalipun bertemu. Sebuah hubungan yang janggal menurutku, menjalani hubungan hanya lewat telepon dan saling mengenal hanya lewat selembar foto? Dari saluran telepon diseberang sana kudengar suara mas Bowo dengan logat Jawanya yang kental berusaha membagi kisahnya denganku “Heemm… kalau saya sama dik Sari dulu masalahnya karena sebetulnya disini saya sudah punya pacar. Salah memang saya karena sudah membohonginya dulu, tapi saya suka sama dik Sari karena kita selalu nyambung saat berkomunikasi. Hanya saja saya kurang suka setiap kali ia menuntut saya untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi, maklum mas…saya ini cuma tamatan STM, beda dengan dik Sari yang Sarjana. Menurut saya, apa yang salah dari pendidikan saya, toh atasan saya yang Sarjana tidak lebih baik kerjanya dibanding saya. Tapi dik Sari sepertinya sangat memperhatikan masalah pendidikan, ia juga pernah bilang sama saya tentang menuntut ilmu itu nggak ada batasan usia, sampai kapanpun manusia itu harus tetap belajar supaya bisa bertahan hidup dijaman yang keras ini.”, aku setuju sama pendapatnya yang terakhir tentang betapa pentingnya pendidikan.

Aku mulai memahami beberapa kriteria yang ia mau dari penjelasan mantan-mantan kekasihnya. Dan kini aku tinggal cari satu lagi informasi dari mantan pacar terakhirnya mas Tian. Dari mas Tian yang dulu pernah dekat dengannya selama 2th lebih, aku jadi tau kalau ia saat ini mencari suami yang sudah siap untuk menikah bukannya pacar. Dan menurut mas Tian, hubungan mereka nggak bisa lanjut karena mas Tian masih belum bisa memenuhi kemaunnya untuk segera menikahinya dalam waktu dekat karena masalah financial yang masih belum mencukupi.

Dengan bermodalkan informasi yang sudah kudapat dari semua mantan-mantannya, aku mulai mengambil kesimpulan. Dan kini aku berusaha untuk lebih mengenalnya lagi dan mengumpulkan keberanian dalam diriku untuk mengutarakan perasaanku padanya. Tapi aku takkan mengutarakannya saat ini, karena dia masih menjalin hubungan dengan pacarnya. Mungkin nanti setelah ia sendiri dan tak ada yang memiliki. Atau mungkin tak akan pernah kuutarakan padanya, karena aku tak mau melukainya seperti pria-pria yang lain, aku tak mau mebuatnya menangis lagi. Kurasa, cukup aku saja yang tahu tentang perasaanku padanya. Dan hubungan kita akan tetap seperti ini sampai kapanpun juga. Aku akan mencoba mencari kekasih hatiku sendiri yang mungkin mempunyai sifat-sifat sepertinya, yang pasti bukan dia. Tapi kalaupun Allah berkehendak lain dan menjodohkan aku dengannya, aku akan berusaha untuk mendapatkan hatinya dan menjaganya sepenuh hatiku. Wo Ai Ni Sari siaoce, sampai kapanpun………..

Sabtu, 23 Oktober 2010

MY SILLY VALENTINE


Hari ini yang kata orang2 adalah hari kasih sayang, aku punya sedikit pengharapan darinya. Aku ingin ia hari ini mengingatku dan sekali lagi mengucapkan kata cintanya padaku, hanya itu. Aku tak menuntutnya untuk datang padaku dengan membawa bunga mawar, aku hanya menanti ponselku berdering entah itu telepon atau hanya sekedar sms darinya.

Entah kenapa sampai saat ini aku masih mengharap keajaiban datang menghampiriku, walaupun aku tahu kalau ia sudah tak peduli lagi padaku. Aku sangat mencintainya dan aku belum bisa menerima kalau ia sudah tak mencintaiku lagi. Terakhir kali ia meneleponku di hari ulang tahunku 2 bulan yang lalu, sikapnya masih sama saat itu. Perhatian yang ia berikan padaku masih seperti yang dulu. Entah kenapa sejak tahun baru kemarin tiba-tiba saja ia menghilang dan pergi dariku. Tapi aku masih tetap berharap bahwa ia masih menyimpan cintanya untukku.

Dari pagi tadi hingga sore ini, tak sekalipun ponselku berbunyi. Sampai saat aku pulang dari tempat kursus, begitu aku keluar kelas. Dalam gelap kulihat sosok laki-laki dihalaman tempat kursus, duduk memainkan ponselnya. Seorang pria berkacamata, kurus badannya yang dibalut jaket hitam, celana bahan, cuek dengan keadaan sekitar. Dug dug dug, jantungku tiba-tiba saja berdegup kencang. Apakah itu betul-betul dia yang ada didepan mataku? Apakah dia sengaja datang untuk memberi kejutan untukku, tiba-tiba datang menjemputku? Aku mematung di depan kelas memandangi sosok tersebut. Aku tak dapat berkata-kata, hanya beribu-ribu angan berdesak-desakan didalam kepalaku, beribu-ribu rasa rindu juga cinta berdesak-desakan di dalam dadaku. Andai saat itu aku bisa langsung berlari menghampiri dan memeluknya, akan kuungkapkan semua isi hatiku padanya. Tapi aku tak bisa, aku hanya terdiam berdiri selama bermeni-menit disana. Tuhan, bantu aku menenangkan perasaan ini.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja sosok pria itu melihat ke arahku. Mungkin ia merasa kalau selama ini aku telah memperhatikannya. Tapi pada saat ia melihatku, jantungku rasanya berhenti berdetak. Kupandangi lekat-lekat wajahnya dalam gelap. Ternyata itu bukan dia, huuhh…… betul-betul bodoh. Ini hasil yang kudapat sebagai manusia pemimpi, selalu mengharapkan sesuatu yang jelas-jelas takkan mungkin terjadi. It’ll be my silly valentine ever hahahahaha…… silly me

Sabtu, 09 Oktober 2010

MILIKKU


Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 wib, tapi dia masih sibuk di dapur untuk membersihkan piring, gelas juga panci kotor bekas makan malam kita. Dilapnya meja makan dari bekas minyak, disapunya lantai karena ada beberapa makanan yang tercecer. Sudah kutegur dia agar segera menyudahi kegiatannya, tapi hanya jawaban “ya” yang kudengar dari mulut mungilnya dan dia tetap melanjutkan kegiatannya. Dia seperti hidup dalam dunianya sendiri, menikmati apa yang sedang dia kerjakan. Padahal sebelum-sebelumnya dia tidak serajin sekarang, tapi semenjak dia mengandung anak pertama kami sifat malasnya tiba-tiba saja hilang. Kalau kata orang tua sih itu bawaan si jabang bayi, yaaa…..semoga saja anakku nantinya jadi anak yang soleh/solehah, pintar, beriman, sabar dan rajin seperti sikap ibunya saat ini.
Kupeluk dia dari belakang dan merayunya untuk segera beristirahat, kuraih piring kotor yang sedang di cuci dari tangannya untuk ku selesaikan. Hanya dengan jurus andalan itu dia baru mau berhenti dari aktivitasnya. Dia akhirnya duduk di kursi dekat tempat cuci piring sambil menungguiku menyelesaikan pekerjaan yang tadi dia kerjakan sambil sesekali meledek hasil pekerjaanku yang dinilainya kurang bersih. Apapun yang dia katakana selalu kubalas dengan senyuman, karena bagiku semua ucapan yang dia tujukan untukku adalah ungkapan rasa sayangnya kepadaku.
Akhirnya selesai sudah semua pekerjaan membersihkan dapur, sembari mengeringkan tanganku dengan kain lap aku bertanya padanya “Dik, kenapa sih semua piring kotor itu nggak dicuci besok aja?” sambil tersenyum dia menjawab pertanyaanku “Masku sayang, kalau pekerjaan hari ini sudah selesai kan besok aku bisa memulai pekerjaan baru. Nggak harus beresin pekerjaan semalam dulu, jadi cepat selesai kan. Aku kan bisa berangkat kerja lebih pagi toh mas. Jadi, pekerjaan hari ini diselesaikan hari ini, pekerjaan besok ya diselesaikan besok. Malah kalo bisa pekerjaan untuk besok mulai dikerjakan hari ini, jadi besok pekerjaan jadi lebih ringan”. Kuhampiri dia, kuajak untuk masuk kedalam kamar dan beristirahat.
Tidur disisinya selalu membuatku merasa nyaman, kepalanya bersandar di dada bidangku, kubelai rambutnya, kuelus lembut perutnya yang kini mulai terlihat membesar karena buah cinta kita berdua tumbuh didalam sana sambil berbincang-bincang ringan sebelum kita berdua akhirnya tertidur. Ditengah malam aku merasa ada yang mengguncang-guncang tubuhku, terdengar suara halus memanggil “maas…maas…banguun…”. Ternyata dia yang membangunkanku, sipit mataku berusaha menyesuaikan terangnya lampu kamar, pelan-pelan aku menarik badanku duduk dan bersandar. Aku bertanya padanya “Ada apa tooh diiiik, ini kan sudah malam. Besok kamu masuk pagi kan?”, sambil bersungut-sungut manja dia berkata “Aku nggak bisa tiduur, geraah. Temenin aku sampai aku tertidur ya mas, please…”. Aku tersenyum, sambil kupeluk aku berkata padanya “Pastilah mas temenin adik, masa iya mas tega ngebiarin kamu terjaga sendirian dik”. Kulihat mata berbinar waktu aku memanggilnya dengan adik, sama seperti saat pertama kali aku memanggilnya “Adik” waktu itu. Waktu menikah dia pernah bilang padaku “Mas tahu nggak, waktu pertama kali mas panggil dik ke aku dan bukan namaku lagi yang mas ucapkan. Aku betul-betul senaaaaaang sekali, aku merasa betul-betul dilindungi sama mas, merasa betul-betul diperhatikan sama mas. Dan ternyata mas memang tipe seperti itu, perhatian dan penyayang”. Kupeluk dan kuciumi dia waktu itu, aku betul-betul senang mendengar pengakuannya yang polos.
Sambil kubelai-belai rambutnya, kukipasi dia supaya dia bisa beristirahat dengan nyenyak. Usahaku untuk mengipasi dia ternyata nggak membutuhkan waktu lama, akhirnya dia bisa tertidur pulas dalam pelukanku. Kupandangi wajah bidadari yang paling kucintai, yang saat ini sedang berjuang untuk merawat buah cinta kami yang dia bawa dalam rahimnya. Aku sangat bersyukur karena Allah sudah memberikan istri yang terbaik untukku, dia milikku dan akan kujaga sampai akhir hayatku. “Dik, aku janji…aku akan menjagamu juga anak-anak kita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi suami juga bapak yang terbaik untuk mu juga untuk anak-anak kita. Tolong ingatkan aku jika suatu hari nanti aku lupa atau mengingkari janjiku ini, aku nggak mau melukaimu dik”, kubisikkan isi hatiku ditelinganya dan dia mengangguk. Entah karena dia mengiyakan ucapanku atau dia beringsut karena merasa nyaman berada dalam pelukanku. I Luv You Dik

Senin, 20 September 2010

Cwie Mie Enak

Buat para pecinta Mie kalo lagi datang ke Malang jangan pernah ngelewatin untuk makan Mie disini. Rasa Cwie Mie yang khas, harga murah, pokoke enaaaak deh. Di jamin kalian yang udah pernah makan pasti pengen balik lagi.
Cwie Mie ini tempatnya di Ganesha Alun2 kota Batu, mulai buka jam 12 siang sampai jam 21.00WIB. Tempatnya di belakang rumah tua sebelah timur alun2 (kalau malam jadi pasar senggol), jangan sampai salah warung tenda. Karena sam Wawan cuma jualan di warung tenda, bukan di rumahan atau depot. Cwie Mie yang enak cuma di tenda dengan spanduk yang ada di foto.
Selamat mencoba ^_^

Selasa, 31 Agustus 2010

KEKASIH YANG KAU KIRIM PADAKU


“Nama istrinya siapa pak?” salah seorang petugas mulai bertanya padanya, dengan sedikit kebingungan dan sambil mengingat-ingat akhirnya ia menjawab “Dewi, pak”, lalu petugas tersebut kembali bertanya “Dewi siapa?”. Kembali ia dicekam kebingungan karena masih belum hafal nama lengkap istrinya, kemudian aku berbisik padanya untuk mempercepat proses “Dewi Manggarsari” kataku, dan ia pun mengulang apa yang kukatakan tadi kepada sang petugas. Dibelakangku terdengar beberapa orang sedang berbisik-bisik membicarakan kejadian barusan, seseorang berkata “Kok bisa toooh, nama istrinya sendiri nggak tau. Gimana kemarin nikahnya?”. Aku yang mendengar celotehan mereka Cuma bisa terdiam, karena aku sendiripun tak tahu kenapa bisa seperti itu.
Tiba-tiba dari belakangku, ibuku berbicara dan kudengar ada sedikit nada kecewa dari ucapannya “Kenapa sih kamu nikah sama dia?”. Jadi bingung aku mau menjawab pertanyaan beliau, karena aku sendiri juga nggak tahu apa alasanku sampai bisa menikah dengannya, aku hanya bisa memberi jawaban yang kupikir bisa sedikit menenangkan hati ibuku “Ya sudahlah bu, toh aku sudah terlanjur menikah dengannya. Aku akan menjalani pernikahanku sebaik-baiknya. Ibu nggak perlu khawatir”, dan kurasa jawaban ini sudah cukup menjawab pertanyaan ibu karena ibu tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu padaku.
Beberapa menit kemudian aku sudah berjalan kearah pagar rumah untuk mengantarnya berangkat kerja. Kuraih dan kucium tangannya, walaupun dengan sedikit canggung ia melihat aku melakukan itu tapi ia harus mulai membiasakan hal tersebut sebagai tanda baktiku terhadap suami. Saat ia mengeluarkan sepeda motornya, aku hanya bisa memandanginya, tubuhnya yang tinggi dan agak kurus, memandang wajahnya yang sangat tampan, rambut ikal, kulit putih dan ada keteduhan juga kesabaran yang kulihat disana, Subhanallah. Begitu ia sadar kalau aku sedang memandanginya, ia menjadi salah tingkah, tapi aku tak perduli. Saat memandangnya akupun mengucap janji didalam hati, “Ya Allah, aku akan mencintainya apa adanya dan aku akan berusaha menjadi istri yang terbaik baginya”.
Tak berapa lama berselang, aku terbangun dari tidurku dan aku menyadari bahwa kejadian yang baru saja kualami itu ternyata hanya bunga tidurku. Aku masih seperti orang lingling ketika aku bangun, aku masih mengingat-ingat apakah ada wajah yang orang yang kukenal yang mirip dengan orang yang ada dalam mimpiku. Tapi seingatku tak ada satupun orang disekelilingku yang berwajah mirip dengannya. Dalam kegalauan aku berdo’a pada-NYA “Ya Allah, jika ia memang jodohku ku mohon pertemukan kami dan dekatkan ia padaku agar ia dapat membawa segala kebaikan bagi diriku. Amin”, siapapun ia dan dimanapun ia berada saat ini aku hanya berharap bahwa ia adalah Kekasih yang telah dikirim oleh-NYA untukku. Terimakasih ya Allah………

25 Februari 2007


Disuatu pagi aku terbangun karna suara jam weker yang sangat nyaring tepat diatas tempat tidur ukuran single yang biasanya cukup untukku tapi kali ini terasa begitu sesak. Setelah aku membalikkan badanku, aku baru ingat kalau semalam aku menginap di kontrakanmu karena sedang mengerjakan tugas-tugas kuliahku dan itu yang menyebabkan kenapa tempat tidur ini terasa begitu sesak karena ternyata ada kamu disisiku.
Walaupun mataku sudah terbuka dan semua nyawaku sudah terkumpul, tapi aku masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurmu. Karna aku tak ingin menyianyiakan hangat pelukmu, aku masih ingin melihat wajah tenangmu saat kau tidur dan aku akan memelukmu, merapatkan tubuhku agar kau memelukku lebih erat lagi. Hal lain yang paling kusuka adalah saat membangunkanmu dengan cara menciumi seluruh wajahmu tanpa ada satu bagianpun yang terlewat, walaupun aku sadar kau takkan terbangun dengan cara itu. Kau justru menarikku untuk kembali tidur disisimu. Dengan pelukan hangat yang kau beri tentu aku takkan menolak untuk kembali tertidur dan kembali bermimpi bersamamu. Aku tak perduli walau hari ini aku harus berangkat ke kampus untuk menemui dosen pembimbing tugas akhirku, aku tak perduli walau harus mengulang dua semester lagi agar dapat nilai bagus,. Yang aku mau saat ini ada disisimu selalu.
Satu jam……dua jam….tiga jam…..hingga lima jam berlalu sudah, dengan tiba-tiba kau terbangun dan melompat dari tempat tidurmu sambil bertanya “Yang, jam berapa sekarang? Udah siang ya?”. Belum sempat aku menjawab pertanyaanmu, kau sudah meraih kaca matamu dan melangkah menuju tombol lampu. Walaupun kau tahu hari sudah siang, tapi kau masih tetap menyalakan lampu karna pintu juga gorden yang masih tertutup rapat yang menyebabkan kamarmu gelap. Setelah lampu menyala, kita berdua baru menyadari kalau saat ini sudah jam 12.00 siang, dengan nyawa yang masih belum terkumpul semua dengan kepala yang sakit kau duduk didepan computer kemudian merestart-nya, karena sudah semalam suntuk komputermu memainkan lagu MP3 untuk menemani tidur kita. Sesaat kemudian kau memintaku untuk membuatkan mie instant dan tak lupa segelas kopi untuk menu sarapanmu seperti hari-hari yang lain. Semua yang kau minta sudah kusiapkan tapi kau masih juga belum mau beranjak dari depan computer kesayanganmu itu, cuma kopi hangat saja yang kau sentuh. Setelah 15 menit berlalu, akhirnya kau sentuh juga semangkuk mie yang sudah mulai dingin. Sambil makan, kau mulai bertanya lagi padaku “Bukannya tugas yang kamu kerjakan semalam harus dikumpulkan tadi pagi? Kok Ayang nggak berangkat ke kampus?”. Hening sesaat kemudian aku menjawab “Iya sih, tapi aku males ke kampus”, dia kembali bertanya “Kok gitu?” kembali kujawab pertanyaannya “Habisnya, nyaman banget tidur disamping mas. Rasanya nggak kempingin bangun”. Dengan ekspresi sedikit marah dia bicara “Nggak boleh gitu dong, katanya pengen cepet lulus tapi kamunya malah males-malesan. Lain kali aku nggak mau kamu seperti ini lagi!!”, saking takutnya aku Cuma bisa menjawab dengan anggukan tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku karena aku tahu kamu pasti takkan suka jika aku membantahmu dan kamu paling tak suka dengan sifat malasku. Setelah menghabiskan sarapanmu, kamu kembali sibuk dengan komputermu dan mulai memainkan games favoritmu. Sambil asik main games kamu bilang “Yang, hari ini kita nggak usah keluar ya biar ayang bisa pulang sore. Kan semalam ayang sudah nginep disini”, aku kembali mengangguk mengiyakan walaupun sebetulnya aku masih ingin menginap semalam lagi disini bersamamu karna mulai minggu depan kamu harus pulang untuk melanjutkan sekolahmu di kampong halamanmu.
Tanpa terasa 4 jam sudah kamu asik main games di depan komputermu, sementara aku Cuma bisa lihat kamu main dan sesekali mengomentari permainanmu. Entah karena sudah mulai bosan dengan games itu atau karena kamu sadar kalau aku masih disini dan tak kau hiraukan, tiba-tiba saja computer kau matikan lalu kau membalikkan tubuhmu menghadap kearahku. Kau raih tanganku dan menarikku agar aku lebih mendekat padamu, dengan nada halus kau berkata “Ayang, udah sore. Ayang pulang sekarang ya, nanti mas antar kalau udah selesai mandi”, untuk yang kesekian kalinya aku cuma bisa mengangguk. Sesaat kemuadian kau bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, sementara aku hanya bisa duduk terdiam sendiri dikamarmu sambil memandang ke sekeliling ruangan untuk merekam semuanya ke dalam otakku, agar saat kau pergi nanti aku masih bisa merasakan betapa hangatnya hari-hari kita berdua selama disini. Berat rasanya kalau mengingat minggu depan kita harus berpisah setelah 2 tahun kita menjalin hubungan ini, menjalani banyak kisah bersama. Sebetulnya aku masih ingin kau disini untuk menemaniku lebih lama lagi, tapi aku tak mau menjadi egois kepadamu. Kau juga punya hak untuk melanjutkan studymu demi meraih apa yang sudah kau cita-citakan selama ini.
Tanpa sadar kau sudah selesai mandi, sambil memelukku erat kau berkata agar aku tak perlu takut dan risau akan kepergiannya, dan kaupun berjanji kalau hubungan kita berdua akan tetap berjalan seperti sebelumnya. Walaupun terkesan sedikit “gombal” tapi merasa sedikit tenang setelah mendengar janji yang kau ucapkan. Beberapa waktu kemudian kau sudah mengatarku sampai rumah dengan selamat dan dalam beberapa menit kemudian kau kembali pulang ke kontrakanmu.
Sambil memandang mobilmu yang semakin menjauh, dan dalam kesedihan yang kurasakan karena kepergianmu minggu depan, aku masih bisa mengucap syukur kepada Tuhan dan terimakasih untukmu kasihku karena walaupun semalam aku menginap dirumahmu, tidur di satu tempat tidur yang sama denganmu, tapi kau tidak berbuat yang tidak baik padaku. Kau mampu membuktikan padaku bahwa kau benar-benar tulus mencintaiku dengan caramu menghargaiku, tanpa mengharapkan tubuhku sebagai pengganti dari cinta yang kau beri. Terimakasih sayangku atas semua perhatian dan kasih sayang yang sudah kau beri padaku selama ini.

Kamis, 29 Juli 2010

Mencari Ksatria


Sepertinya saat ini mencari seorang ksatria seperti dalam dongeng Snow White atau Cinderella benar-benar susah. Kebanyakan pria masa kini lebih memilih untuk menjadi seorang Don Juan yang selalu dikelilingi, disayangi & digilai para wanita dibandingkan menjadi Ksatria yang menuntut mereka untuk berjuang melawan seekor Naga terlebih dahulu demi mendapatkan Putri yang mereka sayangi. Apakah para Putri masa kini memang dituntut untuk mencari Ksatrianya sendiri dan para Putri lah yang harus berjuang melawan sang Naga demi mendapatkan sang Ksatria?

Untuk semua Ksatria di muka bumi ini, tunjukkan pada Putri-mu apakah engkau rela berperang melawan sang Naga demi mereka sebagai Ksatria ataukah engkau lebih memilih mejadi seorang Don Juan bagi mereka yang selalu membagi cinta & kasih sayangmu dengan Putri-putri yang lain?

Hanya engkau yang mempunyai semua jawabannya, kami para Putri hanya bisa berharap bahwa memang engkaulah Ksatria kami yang selama ini kami tunggu.

Rabu, 28 Juli 2010

Night Vision



Date: 18 Juli 2010
Location: Aquanos Cafe Malang
Object: Hermawan Prasetyo
Taken with: HP Sony Ericsson 2.0MP

Sleep tight



Date: 26 September 2009
Location: Kereta api "Ekspress" Matarmaja
Object: 2 gadis [entah siapa]
Taken with: HP Sony Ericsson 2.0MP

Cerita 3 Generasi



Date: lupa
Location: SONGA Arung Jeram
Object: Sandal Gunung punya Irma Thamrin, Farah Shania, Dewi
Taken with: HP Sony Ericsson 2.0MP

Selasa, 23 Maret 2010

Toenggoel

Awal baca buku ini saya sempat kurang paham dengan isi juga jalan ceritanya. Karena saya penasaran akhirnya saya baca ulang buku ini. Setting cerita dari daerah Jawa Timur yang menceritakan tentang reyog dan segala sesuatu yang berhubungan dengan reyog. Saya bener2 malu karena saya yang asli dan terlahir di Jawa Timur justru nggak pernah tahu cerita tentang reyog. Setelah saya baca buku ini saya jadi tahu kalau ternyata ada istilah gemblak, warok dan reyog. Saya betul2 tercengang setelah habis membaca halaman demi halaman buku ini, baru menyadari kalau ternyata ada tradisi peng-gemblakan dalam kehidupan para warok. Bahwa ternyata para warok itulah yang sakti bukannya yang menarikan reyog juga bukan orang yang makan kembang atau beling selama pertunjukan reyog seperti yang selama ini saya bayangkan. Saya jadi tahu kalau ternyata yang disebut warok itu adalah orang yang membawa pecut dengan kumis tebal dan pipi berwarna merah dengan ikat pinggang yang terbuat dari tambang ( Mereka menyebutnya usus2 ). Pecut yang dapat mengeluarkan api dan usus2 yang beracun betul2 membuat saya seperti terbawa kedalam cerita tersebut. Yang membuat cerita ini menarik adalah usaha salah seorang gemblak untuk melepaskan diri dari jeratan warok yang sangat sakti ( Kalau saya bilang sih dia berusaha untuk keluar dari lingkaran setan ). Walaupun buku ini lebih cenderung ke arah Novel, tapi lebih banyak pengetahuannya dibanding cerita fiksinya. Kalau saya pikir sih, sepertinya justru penulis adalah lakon utama dari cerita ini yang menceritakan kisahnya ke dalam sebuah buku ( Mungkin nggak sih ), tentang benar atau tidaknya hanya penulis sendiri yang tahu tentang kebenarannya. Yang pasti saya berani merekomendasikan buku ini bagi yang suka baca, hanya ada satu kekurangan dari buku ini. Terlalu banyak istilah dalam bahasa Jawa yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena ada satu teman saya yang pinjam buku ini hanya 2 hari dengan alasan dia nggak ngerti apa arti dari semua istilah dalam bahasa jawa tersebut.
Selamat membaca ^^